Bertemu
Subuh-subuh sudah siap pakai almamater dijadikan sebagai jaket sekaligus dan koper disamping. Bapak di depan rumah lagi menghidupkan motor. Seneng iya, sedih juga iya. Seneng karena mau KKN karena katanya itu yang mengasikan dan banyak pengalaman. Sedih karena meninggalkan rumah selama 40 hari, dimana cuma ada ayah, adik, sama mamas, cowok semua. Nanti gimana ya ?
Aku bersaudara tiga. Aku adalah anak perempuan sendiri dirumah. Ibu aku sudah meninggal ketika aku kelas 2 MAN (Madrasah Aliyah Negeri). Ayah ku sudah sempat menikah lagi namun berujung cerai.
Aku sebagai anak perempuan pengganti ibu selalu mengkhawatirkan tiga lelaki ku ketika mau pergi. Karena urusan rumah sudah terbiasa aku hendel semua.
Subuh itu, menembus embun yang pekat. Sampai keluar ingus karena dingin pagi itu. Karena masih subuh, jalanan sepi dan kita cepat sampai di GSG Unila.
Bapak menunggu sampai ramai dan aku bertenu dengan teman kelompokku. Rasanya berat waktu bapak berpamitan mau pulang. Namun setelah itu terhibur dengan temen kelompok KKN dan melihat kerempoang yang lainnya hehe.
Ada yang bawa koper banyak, sibuk selfi, marah-marah karena nunggu lama, dan masih banyak lagi tingkah mereka.
Singkat waktu, sudah dalam perjalanan. Tiba-tiba mataku berkaca-kaca. Memikirkan orang rumah dan teringat ibu. "Mak, anakmu sudah ada dititik ini, semoga bisa bermanfaat untuk orang banyak. Makasih sudah membesarkan aku". Namun temen sebangku ku ngk tau, karena aku malu hehe.
Karena sebelumnya sudah Pra-KKN atau kesana sebelum KKN jadi sudah tau jalannya tidak heran lagi. Namun yang dikhawatirkan ini bis bisa ketanjak tanjakan itu ngk ya. Ternyata bis nya ngeden hehe.
Sekian lama perjalanan, akhirnya kami serombongan sekecamatan sampai di kantor kecamatan. Kami semua sudah ditunggu dengan orang-orang desa yang mau jemput. Namun sayang, sampai disana kita ujan deres.
Beberapa menit nunggu ujan reda, akhirnya tinggal gerimis rintik. Akhirnya kelompok aku dan para aparatur desa Batu Patah nekat untuk jalan.
Baru berpa jauh jalan, gerimis semakin deras. Namun hati ini takjud dengan kabut yang menyelimuti pengunungan.
Badan sedikit basah dan merasa kedinginan sesampai dirumah pak lurah. Para aparatur desa pamit pulang. Kita beres-beres barang dan bersih-bersih badan berdampingan.
Memplaning agenda setiap agenda. Tak jarang agenda kita berjumpa di Balai Desa. Dimana pertama kali bertemu, melaksanakan agenda pertama.
Wajahnya mulai tak asing, jika ada agenda kumpul bersama masyarakat atau kunjung ke balai desa pasti ketemu.
Sempat waktu pagi, ikut bantu masak bu lurah. Sedangkan pak lurah lagi nonton TV Islam Itu Indah di TransTV. Sambil masak sambil liat TV. Sekilah ust Syam mirip dengan mukanya. Aku bilang dengan rekanku, eh dibecandain dikira naksir.
Sempat juga bu lurah menceritakan sedikit tentangnya dan keluarga. Hanya menyimak, ngk ada rasa tertarik.
Ntah kenapa kejadian pagi aku bilang mirip sama ust Syam jadi bahan becandaan kalo ada dia. Tp ngk ada gerak gerik dari hatiku.
Hari demi hari menikmati semua perjalanan KKN. Merasa nyaman tentram dan bersyukur selalu walau dengan keterbatasan. Keterbatasan sinyal yang bisa saja hilang karna mati lampu dan hujan. Keterbatasan tempat ramai, jajanan yang biasa dipinggir jalan, dan jalan yang susah untuk diakses, masih bebatuan, banyak lobang lobang dan medan yang tanjak turunan.
Disela selesai sholat, kayaknya hampir setiap hari di sholat 5 waktu. Aku berdoa " Ya Allah semoga nanti aku bisa kembali di desa ini" dengan khayalan buat proyek kerja atau program penyuluhan gtu.
Sampai juga dipenghujung hari, dimana kami berpamitan satu persatu. Mulai dari keluarga sekolahan, masyarakat, aparatur desa, dan keluarga pak/bu lurah.
Pulang dengan diantar kembali para aparatur desa. Dengan tangisan sebentar hehe
0 Comment