Sunnah Makan Makanan yang Halal dan Baik
Rasulullah SAW dalam gaya hidup tentang pola makan, sangat selektif terhadap makanan yang dimakan. Makanan tersebut harus memenuhi syarat halal dan thayyib (baik). Halal berkaitan dengan urusan akhirat, yaitu halal cara memperolehnya dan halal prosesnya (barangnya). Sedangkan thayyib berkaitan dengan duniawi, baik tidaknya, bermanfaat bagi kesehatan atas makanan yang dikonsumsi.
Di era serba mudah sekarang, banyak sekali makanan cepat saji yang ditawarkan. Tidak hanya di pusat kota, makanan cepat saji juga cepat sekali merambat ke pojok-pojok desa.
Tentu hal ini membuat masyarakat yang hobby jajan senang sekali. Masyarakat bisa mencicipi berbagai macam makan cepat saji seperti dikota, asal kantong tebel hehe.
Tersajinya makanan cepat saji tersebut apakah sehat atau baik untuk tubuh kita ? Bisa dilihat bagaimana proses memasaknya dan jangan makan berlebihan.
Lebih baik kita memilih makanan yang tak hanya asal untuk mengenyangkan perut kita tapi harus menyehatkan tubuh kita.
Jajan boleh, asal jangan berlebihan. Makan apa aja boleh, asal halal dan baik untuk tubuh kita. Coba kita mencotoh kebiasaan Rasulullah SAW.
Dalam hadis Miqdam bin Ma'dikarib yang diriwayatkan Imam Tirmidzi, Rasulullah SAW bersabda:
مَا مَلَأ آدَمِي وِعَاء شَرًّا مِنْ بَطْن، بِحَسْب اِبْن آدَم لُقَيْمَات يُقِمْنَ صُلْبه، فَإِنْ غَلَبَ الْآدَمِيّ نَفْسه فَثُلُث لِلطَّعَامِ، وَثُلُث لِلشَّرَابِ، وَثُلُث لِلنَّفَسِ
"Tiada tempat yang paling buruk yang dipenuhi oleh manusia daripada perutnya. Cukup bagi anak Adam beberapa suap saja untuk menegakkan tulang belakangnya. Jika tidak, maka sepertiga (dari perutnya) untuk makanannya, sepertiga lagi untuk air, minumannya dan sepertiga lagi untuk nafasnya."
Kata 'sepertiga' yang diucap beberapa kali dalam hadits tersebut, bisa dipahami sebagai takaran atau porsi yang sebetulnya sudah banyak dan maksimal saat makan.
0 Comment