Aku Dengan Segala Keputusanku
Sumber : Pinterest
Aku adalah laki-laki yang sedang berusaha untuk bertanggung jawab atas keputusanku. Aku dari yang bukan siapa-siapa menjadi aku adalah dan kembali menjadi aku yang bukan siapa-siapa.
Roda perputar seakan secepat aku mengayuhnya. Dengan segala keputusanku. Aku pernah memutuskan akan menikahi perempuan yang tas seiman denganku. Sedikit mengulas perjalan kisahku dengan perempuan tersebut yang menjadi mantan kekasihku sekarang. Aku menjalin kisah kasih dengannya semenjak di bangku SMA. Aku yang waktu itu sekolah di sekolah kejuruan yang akhirnya memutuskan keluar dan masuk ke sekolah Xaverius. Dalam benakku dulu di sekolah kejuruan sekolah seperti tidak sekolah, banyak mainnya hingga akhirnya aku membuat keputusan seperti itu.
Masuk di sekolah Xaverius yang aku menjadi minoritas disitu. Banyak temanku yang tak seiman denganku. Dari situlah aku bertemu, berkenalan dan menjalin kisah kasih dengan mantan kekasihku. Dia baik, dia taat, dia yang menemaniku dari aku yang bukan siapa-siapa menjadi aku adalah. Di sekolah tersebut aku ikut eskul musik. Aku dan teman-teman ku pun membuat grup Band dan aku menjadi Drummernya. Aku menyukai dan sangat menikmati. Roda yang terus berputar menjadi saksiku. Grup Band ku sering mengikuti lomba dan mendapat juara. Sering dipanggil untuk manggung di event-event lokal. Bisa dibilang sudah terkenal di daerahku. Aku pernah yakin bahwa inilah karir masa depanku.
Namun lagi-lagi roda terus berputar. Aku dan teman-temanku lulus dari masa SMA. Aku yang mempunyai pandangan bahwa pendidikan itu penting. Aku pun menutuskan untuk lanjut kuliah. Semua masih bersahabat. Acara manggung ku bisa keluar kota sebulan sekali dan kuliahku lancar jaya. Dibalik kesibukanku itu pun ada sosok mantan kekasihku yang begitu mengerti akan kesibukan ku, mendampingiku dan menyemangatiku. Aku sudah yakin bahwa dia akan menjadi teman hidupku namun dengan syarat yang dilontarkan keluargaku kalau dia harus seiman dulu. Keyakinanku bertambah ketika dia ingin belajar tentang agamaku. Mengikuti aku puasa saat bulan Ramadhan dan ikut merayakan hari raya agamaku. Namun setelah semua keyakinan yang menbuat harapan. Akhirnya aku memutuskan semuanya. Aku rasa kita tidak bisa bersatu karena dia tidak mendapat izin oleh orang tuanya untuk pindah agama. Aku yang merelakan perasaanku, aku yang mematuhi agamaku dan kedua orang tuaku.
Setelah itu hubungaku baik-baik saja. Bahkan masih seperti sepasang kekasih tak ada bedanya. Yang membedakan hanyalah tujuan. Tujuannya bukan untuk bersatu lagi namun sebagai teman sejati. Seiring waktu aku dan Band ku memutuskan untuk mengakhiri semuanya dengan alasan kita fokus untuk urusan pribadi. Sebenernya bukan itu, tapi ada masalah lain yang tak bisa ku ceritaku. Kembalilah aku menjadi aku yang bukan siapa-siapa. Aku pun fokus menyelesaikan kuliahku ditemani mantan kekasihku. Kita masih sering kali kemana-mana berdua dan kalau aku ada apa-apa aku lari nya masih ke dia. Belum ada fikiran untuk ke yang lain.
Hingga akhirnya aku merasa ini saat nya aku mencari penggantinya. Dimana dia pun diam-diam sudah mempunyai penggantiku. Aku kesal sekali, aku ingin marah. Namun bukankah semua sudah berakhir sudah lama, hanya saja perasaanku yang begitu mengebu yang selama ini masih menganggap kita adalah sepasang kekasih. Dia masih baik, bahkan dia menyemangatiku untuk mencari penggantinya. Aku tak mengerti lagi harus bagaimana. Aku yang baru saja menjadi sarjana, belum mempunyai pekerjaan karna di tolak sana sini. Membuat aku merenung beberapa bulan dirumah tanpa ada aktivitas apapun.
Roda terus berputar. Aku bangkit. Aku mulai berdiri dan melangkah. Aku berusaha menjadi pribadi yang lebih baik lagi, lebih bijak lagi, dan lebih taat lagi. Aku mulai membuka usaha ternak ikan lele didekat rumahku. Namun tak jenjang lama, aku bosan, aku tidak bisa menikmatinya. Hingga akhirnya aku dipanggil wawancara dan lolos masuk ke perusahaan cabang di kotaku. Aku yang sangat bersyukur atas pekerjaan ku. Bisa dibilang sepadan dengan ijazah sarjanan ku.
Aku pun mulai untuk mencari dia. Dia yang menjadi istriku sekarang. Aku tak bisa menceritakan dimana dan kapan aku bertemu. Yang jelas pertama kali bertemu aku sudah yakin bahwa dia lah yang selama ini aku cari. Sosok yang lemah lembut, penurut, dan shalihah. Tak lama aku menjalin kisah kasih, cukup tiga bulan berkenalan aku mantap untuk mengkhitbahnya dan tiga bulan kemudian aku sudah memegang tanggung jawab menjadi pemimpinnya. Namun tetap ada kekurangan, iya aku mengakuinya. Dia yang umurnya sangat jauh dariku. Bahkan dia seumuran adik ku yang terakhir, satu sekolah juga waktu SMA. Jadi aku sangat memaklumi jika sikap dia yang malu dan masih kekanak-kanakan.
Hingga akhirnya ujian rumah tanggaku pun dimulai. Istriku tak mau ikut tinggal dirumahku, dengan alasan ia ingin menemani orang tuanya dirumahnya. Dengan segala kelapangan dada, dan aku mengerti serta memahaminya aku izin kan dia untuk tinggal dirumahnya dan aku tetap tinggal dirumahku. Akhirnya kita pun LDR. Tak lama dari itu, kontrak kerja ku abis dan tidak bisa diperpanjang. Aku pun mencari perjaaan lagi kesan kesini namun lagi-lagi tak sesuai harapan. Aku yang tinggal dirumahku dan istriku tinggal dirumahnya, aku merasa terbantu akan bebanku. Hingga akhirnya aku memutuskan menjadi sopir angkut menggantikan ayahku. Sampai sekarang itu pekerjaanku, aku menikmatikan dan berharap bahwa suatu saat aku akan berada di roda diatas. Membangun keluarga yang kokoh. Apalagi sekarang aku sudah diamanaihi menjadi seorang bapak.
Roda terus berputar... Semua sudah menjadj keputusanku dan aku akan bertanggung jawab atas semua keputusanku dan aku akan selalu yakin akan keputusanku.
0 Comment