Perempuan Honorer
Aku adalah perempuan yang awalnya mempunyai pemikiran yang idealis. Pekerjaan ku sebagai pegawai honorer di salah satu lembaga pendidikan di kota ku. Aku mempunyai rencana setelah menikah ingin menjadi ibu rumah tangga saja. Aku akan meninggalkan pekerjaan ku. Bahkan ketika hari pernikahan ku semakin dekat, aku sudah berpamitan dengan rekan kerja ku atas niatan ku untuk risent dari pekerjaanku.
Hingga tibalah hari pernikahanku. Setelah semua acara selesai, aku mengutarakan niatanku untuk risent bekerja kepada ibu mertua ku. "Jangan" kata ibu mertua ku. Rencana ku untuk fokus menjadi ibu rumah tangga tidak diizinkan. Suami ku pun sepakat dengan ibu mertua ku. Akhirnya aku menjadi perempuan karir.
Seiring berjalannya waktu, Allah titipkan amanah kepada ku dan suami ku. Ujian pertama dalam rumah tangga ku. Menjadi ibu rumah tangga sekaligus perempuan karir. Aku bersyukur karena masih diberikan ladang pahala yang begitu besar dapat membantu suami ku untuk memperjuangkan mimpi masa depan kita berdua. Aku pun menikmatinya.
Suatu hari, kakak perempuan meninggal dunia dengan meninggalkan 2 anak perempuan. Anak pertama akan memasuki bangku kuliah dan anak kedua masih duduk di bangku sekolah dasar. Rasa sayangku kepada kakak ku, membuat iba diri ku jika menelantarkan anak-anaknya. Dengan keyakinan ku dan suami ku, aku pun mengangkat kedua putri dari kakak ku. Ujian rumah tangga ku bertambah. Aku hanya seorang pegawai honorer yang gaji nya tak seberapa dan suami ku juga sebagai guru honorer yang gaji nya tak jauh dari nominal gajiku. Alhamdulillah dapat mencukupi.
Namun waktu itu, anak pertama kakak ku memasuki bangku kuliah. Untuk tes jalur SBMPTN tidak lolos. Kemudian ikut jalur masuk PMPA yang tidak dipungut biaya. Begitu besar harapan ku bahwa anak pertama kakak ku akan masuk lewat jalur PMPA, agar dapat meringankan beban ku juga. Karena jika di hitung pakai matematika, gaji ku dan gaji suami ku tidak akan cukup untuk membiayai kuliah anak pertama kakak ku, biaya sekolah anak kedua kakak ku, biaya anakku, dan keperluan sehari-hari.
Pengumuman pun tiba, aku waktu itu masih ditempat kerja mencoba membuka hasil pengumumannya. Hasil nya, tidak lolos juga. Aku menangis, apa harapan anak pertama kakaku untuk kuliah tidak bisa?. Sepulang kerja kita berunding untuk gimana kedepannya. Akhirnya kita sepakat untuk mencoba ikut tes lagi di salah satu universitas swasta di kota ku. Kebayang kan, biaya kuliah universitas swasta. Tapi kita semua berusaha.
Untuk pendaftaran gelombang pertama sudah tutup, jadinya ikut gelombong kedua yang nantinya biaya kuliah nya bukan biaya kuliah reguler tapi terhitung yang mandiri. Kebayang kan biaya kuliah mandiri di universitas swasta ?
Alhamdulillah, lolos. Namun tau tidak berapa biaya kuliahnya persemester ? 4 juta persemester. MasyaAllah, belum transport, makan, dan lain-lain setiap harinya. Aku pun berusaha, nekat menghadap kabid yang mengurusi biaya kuliah, untuk minta keringanan. Namun disitu saya malah dimarahi. "Sudah tau kalau masuk lewat jalur gelombong kedua biaya kuliah nya mahal, kenapa masih nekat". Nangis lagi
Kemudian setelah beberapa hari, anak pertama kakaku ditelpon oleh pihak kabid untuk mengisi formulir persetujuan biaya kuliah. Disitu saya menulis sejujur-jujur nya dengan harapan bisa mendapat keringanan.
Qodarullah, ternyata Allah mempunyai rencana yang begitu indah dan tidak disangka-sangka. Begitu anak pertama kakaku di panggil untuk menyodorkan formulir tersebut dan di wawancarai. Ibu yang menangani masalah formulir itu menawarkan beasiswa bidikmisi. Yang akhirnya tidak di pungut biaya kuliah dan masih mendapatkan uang tunjangan. MasyaAllah. Namun dengan syarat rumah harus di survei dulu. Karena saya mengisi dengan sejujur-jujurnya maka survei nya berjalan lancar.
Alhamdulillah. Ternyata Allah dekat, lebih dekat dari urat nadi kita. Kalau kita yakin, usaha, dan berdo'a Allah itu Maha Tau. Jika kita sudah memasrahkan semua nya kepada Allah maka Allah akan menolong kita. Dan jika nikmat yang kita dapatkan kita hitung maka tak terhitung. Jika untuk kehidupan kita dihitung pakai matematika maka tidak akan cukup tapi Allah Maha Mencukupkan.
Semakin hari Allah slalu menambah rezeki ku, rezeki anakku, anak kakaku, dan suami ku.
0 Comment